The Story of Me Part I

Minggu, 16 Mei 2010

Gutten Tag..

Seperti yang dibilang temen saya di blognya bahwa masa kecil adalah adonannya dan waktu adalah mixernya. Umm, saya putuskan untuk menulis mengenai masa kecilku.

Dimulai dari sebuah cerita, jauh sebelum aku lahir, ada seorang wanita rupawan bernama Watini, dia salah satu bunga kampus di Universitasnya, berasal dari keluarga yang terpandang, yah idaman para pria pokoknya. Yang aneh, wanita itu memilih pria dari keluarga yang tergolong miskin bernama Tusilah. Mereka menikah dengan konsekuensi Watini siap hidup miskin, bersama Tusilah. Itulah cinta.

Dari kedua orang itulah lahir seorang anak yang pada awalnya akan diberi nama Rudi Susanto, karena sang wanita terkesan dengan seorang pria bernama itu di bis. Entah kenapa anak itu tidak jadi diberinama Rudi Susanto, tapi malah Wiji Raharjo. Nama yang sekian lama tidak kusadari artinya, sampai pada akhirnya guru Kewarganegaraan (Citizenship di SMA-ku)memanggil namaku di hari pertama dia mengajar.

Wiji Raharjo. Benih Cinta, keselamatan, kebahagiaan.. Begitulah yang dikatakan Pak Ardhi, guru SMA ku yang baik. Terimakasih, untuk pertama kalinya aku bersyukur tidak jadi diberi nama Rudi Susanto.

Masa kecilku adalah masa yang bisa dibilang cukup kelam. Karena aku tidak punya teman bermain sama sekali. Yap, aku tidak melebih-lebihkan karena memang aku tidak punya teman. Mereka menganggapku aneh, karena fisikku yang berbeda. Jangankan teman, saudara-saudara dekatku saja kadang memperlakukanku dengan tidak adil. Aku hidup dengan tidak tenang, karena ibuku sering menangis dan dimarah-marahi oleh nenekku (aku sudah memaafkannya dan aku juga meminta maaf). Keluarga kami tergolong berpenghasilan sangat rendah sebagai seorang petani.

Berbagai makanan pernah kumakan saat aku kecil. Bukan, bukan karena aku rakus, tapi aku mencari alternatif makanan selain nasi untuk mengenyangkan perutku. Aku pernah makan jagung, canthel (kalau orang biologi menyebutnya sorghum), belalang, dan lain lain. Makan adalah hal yang sakral. seperti cerita yang terus diulang ibuku samapai sekarang "Ingatlah, waktu kamu kecil, sekeluarga makan nasi sepiring, kalau tumpah, puasa sampai sore". Hahaha, terdengar sedih ya. Tapi bukan suatu alasan untuk disesali, orang hidup dengan takdirnya sendiri-sendiri. Tidak ada penciptaaan yang sia-sia.

Ketiadaan teman dan hidup yang serba sulit membuatku sering bersama orang-orang yang sedih, murung dan menangis. Hal itu kelak akan membutaku memiliki karakter melankolis yang sangat tinggi. AKu dikaruniai oleh Tuhan perasaan yang sangat sensitif dan mudah tersentuh. Belum cukup, Tuhan memberiku kemampuan anak indigo yang kadang menyusahkanku.

Ya, pengalaman hidup membuatku seperti sekarang. Tapi disisi lain, aku memandang dunia dengan ketidakadilan dan pesimisme. Aku pernah berpikir, "Mungkinkah ketidakadilan di dunia yang tidak adil, adalah keadilan itu sendiri?". Pandangan pesimisme terhadap dunia masih kumiliki samapai sekarang, aku senang melihat dunia dari sisi gelap, dari tempatt aku bisa pesimis. Bukankah bintang akan tampak lebih terang jika dilihat dari gelapnya malam? Makanya kadang teman-temanku yang menyamakanku dengan orang berkepribadian ganda. Haha, ini cuma tentang memunculkan karakter mana yang pantas...

Dan sekali lagi, Tuhan benar-benar menunjukkan kuasa-Nya. Dia memberiku hidup yang sangat berwarna dan dengan pengalaman-pengalaman yang tidak dirasakan orang lain.

Percaya atau tidak, teman-temanku banyak dari golongan preman, begundal, kenapa? Karena di tengah-tengah mereka aku merasa dihargai, dengan kedudukan yang sama mempertahankan hidup. AKu tidak munafik, bahwa aku ingin dihargai, sesuatu yang tidak kudapatkan bersama orang lain. Aku pernah membanting temanku Helmy sampai giginya patah, aku juga pernah menyakiti seorang wanita hingga dia menangis, aku pernah ingin kabur dari rumah karena frustasi, aku juga pernah berencana bersama temanku meracuni botol minuman Aqua temanku dengan pupuk Urea karena selama setahun dia menyiksa perasaanku, aku juga pernah menodongkan pisau stainless steel tajam ke wajah temen kosku hanya karena dia meremehkanku, ya aku pernah melakukan itu semua, ketika sisi gelapku muncul aku hampir tidak bisa mengendalikannya. Mungkin lebih baik orang tahu ke-labilanku ini, biar mereka menilai seperti apa aku dari kacamata mereka sendiri.

Hehe, tapi itu masa lalu, ketika iblis dalam diriku tidak bisa kukendalikan. Itu ketika aku belum mengenal cinta. Yah, hobiku jatuh cinta, kepada Tuhan , kepada orang tua, kepada alam, dan kepada teman-temanku.

Udah ah, tangan dah pegel.. Besok aja disambung, nyeritain masa SMP. Oya Dyonisius Hayom Rumbaka, tunggal ketiga Indonesia itu temen sekelasku 3 tahun di SMP lho... hehe ntar aku ceritain lagi.. Capek mau makan duluuuuuuuuu...

0 comments:

Posting Komentar